Connect with us

Energi

Kesaksian Eks Karyawan IMIP Ungkap Dugaan Masuknya TKA Secara Masif

Published

on

Sebuah rekaman kesaksian mantan karyawan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memicu perhatian publik setelah mengungkap dugaan praktik tertutup di kawasan industri nikel terbesar di Indonesia itu.

Melalui program Rakyat Bersuara iNews TV, Rabu (3/12/2025), narasumber yang dirahasiakan identitasnya—disebut sebagai Karyawan X—membongkar berbagai prosedur internal yang selama ini tidak pernah diketahui masyarakat.

Kesaksian ini dinilai penting karena menyentuh aspek strategis: mulai dari pembangunan bandara khusus, mobilisasi tenaga kerja asing (TKA) asal Tiongkok, sistem keamanan internal IMIP, hingga aktivitas pelabuhan privat yang diduga minim pengawasan.


Bandara IMIP Disebut Dibangun untuk Mempercepat Masuknya Tenaga Kerja Asing

Dalam penuturannya, Karyawan X menyebut pembangunan bandara khusus IMIP sejak 2015 dilakukan bukan untuk kepentingan publik, melainkan untuk memperlancar arus masuk TKA.

“Bandara itu memang diniatkan untuk mempermudah mobilisasi para tenaga kerja asing. Satu kali penerbangan membawa 50 sampai 100 TKA setiap hari,” ungkapnya.

Ia mengaku terlibat langsung dalam persiapan lahan dan pembangunan fasilitas tersebut. Menurutnya, penerbangan itu berlangsung secara konsisten dari Beijing ke Indonesia melalui bandara-bandara domestik seperti Soekarno-Hatta dan Haluoleo.

Jika benar, hal ini mengindikasikan arus TKA yang sangat masif namun tidak terlalu terlihat oleh publik, bahkan oleh otoritas daerah.


Mobilisasi TKA Diduga Terjadi Bertahun-Tahun Tanpa Pengawasan yang Memadai

Karyawan X menjelaskan bahwa ritme kedatangan TKA berlangsung stabil selama bertahun-tahun. Namun proses tersebut diduga tidak berada dalam radar pengawasan masyarakat ataupun pemerintah daerah.

Menurutnya, hal ini dimungkinkan berkat fasilitas internal IMIP yang begitu tertutup, sehingga sulit dipantau secara independen.

Dugaan tersebut menimbulkan pertanyaan baru mengenai tata kelola tenaga kerja asing dan sejauh mana negara mengetahui aktivitas di dalam kawasan industri tersebut.


Keamanan Ketat IMIP: Aparat Negara Disebut Tak Bisa Masuk

Salah satu bagian paling kontroversial dari kesaksian ini adalah adanya sistem keamanan internal bernama Morowali Security Service (MSS), yang diklaim membuat kawasan IMIP sangat sulit diakses pihak luar, termasuk aparat negara.

“Polisi, tentara, bahkan bupati pun tidak bisa masuk. Semua harus lewat izin MSS,“ ujarnya.

Bila ini benar, situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran soal peran dan kedaulatan negara di dalam kawasan industri strategis yang menjadi pusat produksi nikel nasional.


Dugaan Evakuasi Ribuan TKA Saat Kunjungan Pejabat

Karyawan X juga mengungkap bahwa IMIP memiliki sistem khusus untuk mengamankan TKA setiap kali ada kunjungan pejabat pemerintah. Dua gerbang besar kawasan disebut memiliki alarm yang akan aktif begitu ada tamu negara.

“Kalau ada pejabat datang, sirene bunyi. Ribuan TKA langsung dipindahkan ke hutan menggunakan shuttle bus,” katanya.

TKA tersebut disebut dipindahkan ke mes-mes tersembunyi di area hutan yang tidak dapat diakses pengunjung. Prosedur ini, menurutnya, dilakukan agar pihak luar tidak mengetahui jumlah sebenarnya TKA di kawasan tersebut.


Pelabuhan Privat IMIP Diduga Minim Pengawasan Bea Cukai dan Imigrasi

Selain bandara, pelabuhan privat IMIP juga menjadi sorotan. Menurut kesaksian Karyawan X, pelabuhan tersebut kerap menerima kontainer dari Tiongkok tanpa pengawasan aparat terkait.

“Tidak ada bea cukai sama sekali. Kontainer dibuka begitu saja, barang-barang dari Cina masuk tanpa dokumen resmi,” ujarnya.

Ia mengaku melihat langsung berbagai peralatan berat, mesin, hingga produk jadi masuk ke kawasan tanpa pemeriksaan bea cukai ataupun imigrasi. Jika benar, dugaan ini dapat membuka persoalan serius terkait keamanan, regulasi impor, dan potensi pelanggaran hukum.


Motivasi Karyawan X Membuka Suara: Keprihatinan dan Tanggung Jawab Moral

Ketika ditanya alasan keberaniannya tampil ke publik, Karyawan X menegaskan bahwa kesaksiannya bukan didorong kepentingan pribadi,

melainkan rasa tanggung jawab moral terhadap masyarakat Morowali dan kondisi pertambangan nasional.

“Saya prihatin. Tambang-tambang kita banyak dikuasai pihak luar. Masyarakat tidak mendapatkan kebahagiaan, justru banyak yang menderita,” ujarnya.

Ia berharap pengungkapan ini dapat membuka jalan bagi evaluasi menyeluruh terhadap tata kelola kawasan industri strategis,

khususnya yang memiliki dampak besar terhadap lingkungan dan sosial.


Publik Menanti Respons Resmi IMIP dan Pemerintah

Isu ini diperkirakan akan terus berkembang mengingat IMIP merupakan kawasan industri nikel terbesar dan memiliki posisi strategis dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik dunia.


Kesaksian eks karyawan IMIP ini menjadi salah satu yang paling signifikan karena membuka gambaran mengenai aktivitas internal kawasan industri yang selama ini sulit diakses publik. Apakah dugaan ini benar atau tidak, dibutuhkan klarifikasi resmi dan penyelidikan yang transparan.